Dalam riset terbaru para ahli di AS mengatakan, dosis rendah karbon monoksida ternyata memiliki nilai terapetik. Ketika sejumlah tikus yang direkayasa mengalami gangguan akibat penyumbatan di pembuluh darah paru-paru diberi karbon monoksida yang dihirup, 70 persen di antaranya bisa bertahan hidup dibandingkan 10 persen lainya yang tidak mendapat CO.

Menurut peneliti, ketika aliran darah terhambat, pembekuan darah akan terbentuk di satu daerah kecil pembuluh darah. CO ternyata dapat berperan untuk meleburkan pembekuan tersebut, sehingga aliran darah akan tetap berjalan lancar.

Beberapa skenario penggunaan karbon monoksida mungkin saja dapat diuji dalam transplantasi paru-paru, stroke, serangan jantung, infeksi bakteri, atau juga sebelum operasi bypass pada pembuluh darah koroner. Namun demikian, sistem monitoring sangat penting untuk menghindari dan mewaspadai dampak negatif yang sangat potensial dari gas beracun ini.