Perbankan menyediakan dana cukup besar untuk membantu pengembangan usaha kecil menengah, akan tetapi pada kenyataannya pemanfaatan kredit semacam itu masih kecil. Pengusaha UKM tampaknya perlu mencermati bagaimana membuat business plan yang baik sehingga bisa mendapatkan kucuran bantuan dana dari bank.

Para bankir sepakat bahwa belum berhasilnya pengusaha UKM mendapatkan pendanaan dari bank lebih karena belum klopnya keinginan manajemen bank dan si calon debitur.

Pada dasarnya, perbankan tidak rumit menetapkan kriteria yang dipakai untuk mengucurkan kredit. Sejumlah bankir sepakat bahwa yang paling penting bagi bank adalah bagaimana dana yang sudah dikeluarkan itu kembali. Untuk itu bank selalu mencermati risiko paling buruk yang mungkin diterima.

Bank harus berpegang pada peraturan tentang manajemen risiko, yakni sampai seberapa jauh risiko yang bisa ditanggung. Untuk itu, kalau risiko yang bakal diterima akan lebih besar, sulit bagi bank meloloskan kreditnya.

Untuk meminimalkan risiko, maka bank jeli untuk melihat calon debiturnya, apakah memenuhi standard 5C yakni capacity, capability, collateral, cashflow dan economic condition. Dari kelima komponen tersebut, penekanan dari masing-masing bank akan berbeda. Tapi kondisi krisis tampaknya telah menekankan jaminan atau kolateral umumnya sebagai komponen yang lebih besar, kendati tidak mutlak.